Sulawesi Barat
Dari Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas
Sulawesi Barat
|
|
Semboyan:
"Mellete Diatonganan; "
( Meniti pada Kebenaran) |
|
Inonesia
|
|
Hari jadi
|
|
Dasar hukum
|
UU 26/2004
|
Ibu kota
|
|
Pemerintahan
|
|
• Gubernur
|
|
Area
|
|
• Total
|
16.796.19 km2
(6,485.05 mil²)
|
• Total
|
1.158.336
|
• Kepadatan
|
69/km2 (180/sq mi)
|
Demografi
|
|
• Bahasa
|
|
6
|
|
Situs web
|
Peta Sulawesi Barat
Sulawesi Barat adalah provinsi hasil pemekaran dari provinsi Sulawesi Selatan. Provinsi yang dibentuk pada 5 Oktober
2004
ini berdasarkan UU No. 26 Tahun 2004. Ibukotanya ialah Mamuju. Luas wilayahnya sekitar 16,796.19
km². Suku-suku yang ada di provinsi ini terdiri dari Suku Mandar (49,15%),
Toraja (13,95%), Bugis (10,79%), Jawa (5,38%), Makassar (1,59%) dan suku
lainnya (19,15%).
1. Rumah adat
Rumah adat Mandar, yakni rumah panggung yang memiliki bentuk yang hampir sama dengan rumah adat suku Bugis dan Makassar. Perbedaanya pada bagian teras (lego) lebih besar dan atapnya seperti ember miring ke depan. Bentuk rumah panggung yang berdiri diatas tiang-tiangnya dimaksudkan untuk menghindari banjir dan binatang buas. Dan apabila semakin tinggi tingkat kolong rumah menandakan semakin tinggi pula tingkat status sosial pemiliknya. Atap rumah umumnya terbuat dari sirap kayu besi, bambu, daun nipah, rumbia, ijuk atau ilalang. Tangga terbuat dari kayu (odeneng) atau bambu (sapana) dengan jumlah anak tangganya ganjil. Tingkat dinding berbentuk segitiga yang bersusun sebagai atap juga menunjukan kedudukan sosial pemilik rumah.
Rumah adat Mandar, yakni rumah panggung yang memiliki bentuk yang hampir sama dengan rumah adat suku Bugis dan Makassar. Perbedaanya pada bagian teras (lego) lebih besar dan atapnya seperti ember miring ke depan. Bentuk rumah panggung yang berdiri diatas tiang-tiangnya dimaksudkan untuk menghindari banjir dan binatang buas. Dan apabila semakin tinggi tingkat kolong rumah menandakan semakin tinggi pula tingkat status sosial pemiliknya. Atap rumah umumnya terbuat dari sirap kayu besi, bambu, daun nipah, rumbia, ijuk atau ilalang. Tangga terbuat dari kayu (odeneng) atau bambu (sapana) dengan jumlah anak tangganya ganjil. Tingkat dinding berbentuk segitiga yang bersusun sebagai atap juga menunjukan kedudukan sosial pemilik rumah.
2. Pakaian Tradisional
Di Sulawesi Barat mempunyai keragaman baju tradisionalnya. Pakaian tradisional Sulawesi Barat biasanya dikenakan dalam pertunjukan tari, acara pernikahan dll yang memiliki keragaman dalam busananya.
Pakaian adat pada pria mengenakan jas yang tertutup dan berlengan panjang, dipadukan celana panjang sebagai pakaian bawahnya. Terdapat kain sarung yang dililitkan pada pinggangnya sampai kelutut. Sedangkan pakaian adat pada wanita Sulawesi Barat mengenakan baju Bodo dengan dihiasi kalung, gelang serta giwang. pada bagian kepala dikenakan sanggul dan beberapa hiasannya. Pakaian bawah dikenakan sarung yang dikenakan seperti rok.
3. Tari Daerah
- Tari Bamba Manurung, ditujukan sewaktu acara pesta Adat Mamuju yang dihadiri oleh para penghulu adat beserta para tokok adat. Pakaian tari ini disebut baju Badu, dan di hiasi oleh bunga melati beserta kipas sebagai perlengkapan tarinya.
- Tari Bulu Londong, ditujukan pada acara Rambutuka sebagai rasa syukur penduduknya.Pakaian tari ini mengenakan baju adat Mamasa yang berbahan bulu burung. Perlengkapan tari yang dipakai adalah terompet, pedang atau tombak, sengo, kepala manusia dll.
- Tari patuddu ditujukan dalam acara untuk menyambut para tetamu dari luar maupun dalam negeri. Tarian ini merupakan tarian suku Mandar yang tinggal di Sulawesi Barat.
- Tari Bamba Manurung, ditujukan sewaktu acara pesta Adat Mamuju yang dihadiri oleh para penghulu adat beserta para tokok adat. Pakaian tari ini disebut baju Badu, dan di hiasi oleh bunga melati beserta kipas sebagai perlengkapan tarinya.
- Tari Bulu Londong, ditujukan pada acara Rambutuka sebagai rasa syukur penduduknya.Pakaian tari ini mengenakan baju adat Mamasa yang berbahan bulu burung. Perlengkapan tari yang dipakai adalah terompet, pedang atau tombak, sengo, kepala manusia dll.
- Tari patuddu ditujukan dalam acara untuk menyambut para tetamu dari luar maupun dalam negeri. Tarian ini merupakan tarian suku Mandar yang tinggal di Sulawesi Barat.
4. Senjata Tradisional: Badik
Badik atau badek bentuk khas yang dikembangkan oleh masyarakat Bugis dan Makassar.
5. Suku-suku Sulawesi Barat: ada terdiri dari Makassar (1,59%),Toraja (13,95%),
Bugis (10,79%), Jawa (5,38%), Suku Mandar (49,15%), dan suku lainnya (19,15%).
6. Lagu Daerah: Bulu Londong, Malluya, Io-Io, Ma'pararuk.
7. Bahasa Daerah: Bahasa Mandar, Bahasa Bugis, Bahasa Toraja, Bahasa Makasar
8. Alat Musik Tradisional: Kecapi, cara memainkannya dengan dipetik pada bagian senarnya.
6. Lagu Daerah: Bulu Londong, Malluya, Io-Io, Ma'pararuk.
7. Bahasa Daerah: Bahasa Mandar, Bahasa Bugis, Bahasa Toraja, Bahasa Makasar
8. Alat Musik Tradisional: Kecapi, cara memainkannya dengan dipetik pada bagian senarnya.
Budaya Sulawesi Barat
Lagu : Namalai tongan dami
Lagu Mandar, “Namalai Tongan Dami” merupakan salah satu lagu dalam playlist
favorite saya, yang bercerita tetang kerinduan seorang gadis kepada kekasihnya.Alat Pembutan Minyak Kelapa Tradisional Mandar
Dalam kesehariannya, masyarakat Mandar
menggunakan minyak kelapa untuk berbagai keperluan memasak sehari-hari. Mulai dari
menggoreng, campuran untuk jenis masakan tertentu, bahkan sebagai pelembab
rambut tradisional.
Sampai saat ini, sebagian besar masyarakat Mandar
yang mengolah kelapa menjadi minyak masih menggunakan cara-cara tradisional.
Walaupun, sudah ada beberapa fungsi yang digantikan dengan peran mesin dan
perlatan yang lebih modern.
Berikut ini adalah perlatan-peralatan tradisional
yang sering digunakan masyarakar mandar dalam mengolah kelapa menjadi minyak
kelapa tradisional:
Passukkeang
Passukkeang merupakan sebuah tongkat yang
pada kedua atau salah satu ujuangnya berbentuk runcing yang biasanya
terbuat dari logam (besi) atau kayu atau gabungan keduanya. Alat yang dugunakan
untuk mengupas kulit kelapa ini sampai saat ini belum tegantikan oleh mesin.
Kegitan
massukke anjoro (mengupas kelapa) dengan passukkeang
Paru’
Paru’ atau dalam bahasa Indonesia parut, adalah
peralatan parut tradisional yang digunakan dalam proses pembuatan minyak
kelapa. Selain digunakan dalam pembuatan minyak kelapa tradisional, paru’ juga
banyak digunakan untuk keperluan sehari-hari lain.
Saat ini paru’ sudah jarang digunakan dalam
pembuatan minyak kelapa tradisional, terutama jika jumlah kelapa yang akan
dibuat menjadi minyak terbilang cukup banyak. Fungsinya sekarang lebih banyak
digantikan oleh mesin parut modern.
Paru’
koleksi Museum Mandar Majene
Pangepean
Pangepean merupakan alat peras yang bekerja
dengan prinsip tuas yang kemudian berguna untuk memeras/ memisahkan ampas
kelapa hasil parutan dengan santan. Selain digunakan untuk memisahkan santan
dengan ampas, pengepean juga digunakan untuk memisahkan minyak.
Beberapa alat pembuatan minyak
tradisional di Mandar yang di Simpan di Museum Mandar Majene: Pangepean,
Pamuttu, dll
Pamuttu
Pamuttu adalah wajan berukuran besar
yang digunakan untuk memasak kelapa yang sudah diolah hingga menjadi minyak.
Boyang dan Pamornya yang Mulai
Rumah Adat Sulawesi Barat (Mandar) –travel kompas
Ketika kamu menyaksikan rumah panggung kebanggaan dan
kekayaan budayamu perlahan berubah seiring perkembangan zaman. Dan ketika
menyaksikan satu per satu rumah kebanggan itu hilang dan digantikan dengan
bangunan-bangunan yang kokoh dari semen dan batu bata. Sebuah kewajaran
mungkin, atau bahkan sebuah tuntutan wajib demi pembangunan daerah.
Ahh… bullshit buat dilema seperti itu. Yang pasti, saya
yakin bahwa kita semua tidak mengharapkan rumah kebanggan dan kekayaan budaya
kita suatu saat nanti hanya menjadi sebuah reflika di masa depan. Ironis
memang, tapi ni benar-benar terjadi.
Boyang adalah rumah panggung khas Sulawesi Barat yang juga
merupakan rumah tradisional Etnis Mandar. Rumah panggung ini memang tidak jauh
berbeda dengan rumah tradisional etnik terdekatnya, yaitu Bugis. Sayangnya,
akhir-akhir ini di beberapa daerah di Sulawesi Barat, utamanya di sekitar kota
kabupaten. Mayarakat mulai meninggalkan rumah panggung dan menggantinya dengan
rumah dari semen dan batu bata. Bukan hanya boyang yang mulai hilang di tengah
masyarakat Mandar, tapi juga gotong royong. Gotong royong di lingkungan
masyarakat mandar sangat terlihat utamanya dalam proses pemindahan rumah
penggung (boyang), rumah yang beratnya sampai berton-ton ini dipindahkan warga
secara bersama-sama tanpa bantuan alat berat apapun. Budaya gotong royong ini
sudah berlangsung sejak lama di lingkungan masyarak Mandar. Sayangnya perlahan
nilai-nilai itu mulai terkikis.
0 comments:
Post a Comment