Sunday, May 20, 2012

Kecelakaan pesawat sukhoi

Berita terjatuhnya pesawat sukhoi yang mengangkut WNI sangat mengiris hati kita sebagai bangsa Indonesia.
penyebab terjadinya kecelakaan itu masih belum diketahui .
tetapi pihak dari Rusia berjanji bahwa mereka akan bertanggung jawab dalam musibah ini .
salah satu dari rasa pertanggung jawaban dari rusia adalah :
1.dikirimkannya tim peng-identifikasi untuk membantu tim-sar mencari korban pesawat sukhoi .
2.semua korban sukhoi akan diberikan asuransi oleh pihak Rusia.

Tim DVI pun telah mengidentifikasi beberapa korban:

Jakarta, Padek—Hasil kerja tim
 Disaster Vict­im Identification  (DVI) Polri menunjukkan per­kembangan signifikan. Ke­ma­rin (18/5), tim tersebut kem­bali berhasil mengidentifikasi lagi 14 je­­­nazah korban kecela­kaan pesawat S­ukhoi Super Jet (SSJ) 100. Dengan tambahan ter­­­sebut, total 15 jenazah ter­iden­­tifikasi dari 45 penum­pang yang tercatat dalammanifest.

”Hari ini (kemarin, red) kami sampaikan progress report dari hasil pemeriksaan tim DVI. Kami laporkan ada 14 kor­ban yang teridentifikasi,” jelas Kepala Rumah Sakit Polri Ra­den Said Sukanto Brigjen Pol Agus Prayitno, kemarin.

Agus merinci, jumlah kor­ban yang teridentifikasi tersebut ter­diri atas 12 warga negara Indo­nesia (WNI) dan dua orang war­ga negara asing (WNA). Je­nis kelaminnya, sembilan laki-laki, lima perempuan. ”De­ngan yang kemarin teridentifikasi satu jenazah, sampai saat ini total korban teridentifikasi 15 orang. Yakni, 13 WNI, dua WNA. Jenis kelaminnya lima wa­nita dan 10 laki-laki,” ujar Agus.

Direktur Eksekutif DVI Polri An­ton Castilani menambahkan, ke-15 jenazah tersebut berhasil di­kenali berdasarkan peme­rik­san data primer, seperti dental re­c­ord dan DNA. Kedua data ter­sebut menjadi kunci utama da­lam mengidentifikasi ke-15 je­na­zah korban. Namun, Anton me­­negaskan, penemuan iden­ti­tas tersebut baru didasarkan pa­da salah satu potongan tubuh kor­ban. Saat ini, proses peme­rik­saan DNA masih terus ber­jalan.

“Untuk mengidentifikasi jenazah korban hingga teriden­tifikasi ada beberapa tahapan yang kita lalui. Sebelum tahap matching (pencocokan data ante morthem dan post mor­them), ada tahapan probable match di mana kita men­cocok­kan dengan data-data sekunder se­perti property korban. Karena ha­nya ber­dasarkan satu poto­ngan tu­buh, kita meminta pada pi­hak keluar­ga untuk bersabar. Saat ini, kami juga sedang me­lalui peme­riksaan DNA,” urai Anton.

Karena itu, meski telah di­umum­kan, potongan tubuh kor­ban belum bisa diserahkan ke­pada pihak keluarga. Sebab, ma­sih banyak pemeriksaan lanju­tan yang harus dilakukan, ter­masuk merekonstruksi poto­ngan tubuh (body parts) men­jadi satu kesatuan. “Pe­merik­san­nya masih ber­lanjut, jadi mo­hon bersabar agar hasilnya bisa maksimal,” ujarnya.

Sampai saat ini, lanjut dia, su­dah 35 kantong jenazah dite­ri­ma tim DVI Polri. Seperti di­ketahui dari jumlah tersebut, 30 kantong be­risi body parts kor­ban, se­mentara sisanya ada­lah be­risi pro­perti. Agus menut­ur­kan, tim DVI telah selesai mela­ku­kan pemeriksaan post mor­them atas 30 kantong terse­but. Namun, ha­sil tersebut bukan final. Karena be­lum semua ke­luar­ga me­nye­rah­kan data ante mor­them yang leng­kap. “Masih ada peme­rik­saan DNA,” imbuh dia.

Hal itu dibenarkan Anton. Dia menuturkan, hingga saat ini, pihaknya masih kesulitan men­cocokkan dataante mor­them be­rupa sidik jari, karena minim­nya data. Meski diakui­nya, ting­kat keakuratan data DNA men­capai 99,9 persen. “Data sidik jari memang kita masih terus minta kepada pihak keluar­ga. Karena tambahan data itu akan sangat membantu,” ujarnya.

Resmi Dihentikan

Sejak sore kemarin (18/5), pencarian korban SSJ 100 resmi di­hentikan. Tapi tidak semua per­sonel ditarik. Sesuai rencana se­­belumnya, 186 personel akan di­si­sakan dengan misi mencari flight data recorder (FDR) sam­pai ke­temu. Misi tersebut kini dise­rah­kan ke aparat wil­a­yah ta­pi tetap dalam komando Ka­ba­sarnas.

“Sesuai dengan peraturan pemerintah, operasi SAR yang su­dah dilangsungkan selama tujuh hari dapat dihentikan,” ka­ta Ketua Ba­sarnas Marsekal Madya Dar­yatmo, di Bandara Ha­limperdana Kusuma sore ke­marin (18/5). Operasi SAR SSJ 100 dimulai sejak 9 Mei, ter­hitung saat SSJ 100 kehi­langan kontak.

Dengan begitu, kemarin ada­lah hari ke-10 operasi pe­n­carian. Me­nurut Daryatmo, berd­a­sar­kan perkembangan, kini tim di la­p­angan sudah tidak lagi me­ne­mu­kan tanda-tanda akan dite­mu­kannya korban. Kedua ala­san itulah yang membuat Ba­sarnas memutuskan untuk me­nutup operasi evakuasi kor­ban Sukoi SSJ 100. Tapi, jika dalam per­kem­bangannya ditemukan kem­bali tanda kemungkinan ada kor­­ban yang belum dievakuasi, ma­ka operasi bisa dibuka kem­bali. 

Bukan berarti ditutupnya operasi permasalahan di lapa­ngan selesai. Kini pekerjaan ru­mah selanjutnya adalah mene­mukan FDR yang hingga sore kemarin keberadaannya masih misterius.
Menurut Daryatmo, selain Ba­sarnas kini misi pencarian FDR hanya diserahkan pada apa­rat kewilayahan. “Dalam hal ini Korem 061 Surya Kencana, La­­nud Atang Sanjaya. Se­mua­nya bawah koordinasi Kaba­sarnas,” terangnya.

Komposisi personel pembu­ru FDR adalah, Korem 061 Surya Ken­cana mener­junkan 2 SST (Sa­tuan Setingkat Pleton, 30 per­sonel per SST). Kekuatan Ko­rem akan di-back up Kopassus dan Kopaskhas yang masing juga menerjunkan 2 SST. Se­dangkan Lanud Atang Sanjaya te­­tap akan mengerahkan heli­kop­ter-helikopternya untuk ke­perluan logistik dan evakuasi.

Pencarian FDR akan dilaku­kan sekuat tenaga sampai ba­rang yang berfungsi merekam se­gala perilaku pesawat itu dite­mu­kan. Dia tidak menyebut ka­pan batas waktu pencarian FDR. Yang jelas, tim di lapangan ber­upaya penuh mene­mukannya.

Ya, FDR memang sangat pen­ting untuk keperluan inves­tigasi. Jika alat tersebut dite­mu­kan, maka penyebab jatuh­nya SSJ 100 hampir bisa dipastikan diketahui, mengingat kom­ponen CVR yang merekam pembi­ca­raan di pesawat sudah lebih dulu di­temukan. Seperti dibe­ritakan FDR merekam ma­nuver-ma­nuver yang dilakukan pesawat se­belum jatuh. Misalnya keting­gian, kecepatan, perge­rakan me­sin, belokan dan lain seba­gainya.

Selain personel dari Indonesia, tim Rusia juga masih ngotot ikut mencari FDR. Hingga ke­ma­rin, tim Rusia masih bera­da di  Gunung Salak. Dar­yatmo pun me­negaskan bahwa pihaknya akan tetap memfasilitasi dan be­ker­ja sama dengan Rusia untuk men­cari kotak misterius ter­sebut. “Kami juga paham bagai­mana kepentingan mereka (Ru­sia) untuk mencari FDR dan puing-puing pesawat,” im­buhnya. 

Mantan Kadispen AU itu mengaku kini pihaknya tengah memberikan penawaran pihak Rusia apakah mau mengambil puing pesawat seluruhnya atau tidak. “Saya terangkan semua soal keuntungan dan kerugian dan apa saja hambatannya di la­pangan jika mereka mau me­ngambil puing. Itu bukan hal yang mudah. Tapi kalau mereka memang mau mengambil puing, akan kami fasilitasi,” tuturnya.

Pergerakan tim Rusia akan se­l­alu berdampingan dengan tim pencari FDR Indonesia. Me­r­eka tidak bisa bergerak sen­diri di lapangan. Jenderal TNI AU bintang tiga ini mene­gaskan, bila FDR berhasil ditemukan, maka akan langsung diserahkan ke KNKT dan tidak akan dibawa ke Rusia. Dia membantah tudingan bahwa FDR sebenarnya sudah ditemukan dan disembunyikan pihak Rusia. 

Humas Basarnas Marsekal Pertama Gagah Prakoso me­nam­bahkan, selain mencari secara manual, misi perburuan FDR ini juga akan menggunakan metal detector untuk mem­per­mudah deteksi keberadaan pe­rangkat yang sebenarnya ber­warna orange itu.

Soal penyaluran logistik para per­sonel di lapangan, menurut Ga­gah akan dilakukan dengan sys­tem dropping dari heli­kop­ter. “Ini adalah cara yang paling mu­dah. Selain itu, personel di la­pangan adalah orang-orang pi­li­han yang sudah terlatih di me­dan tersulit sekalipun,” katanya.

Sementara itu, Ketua KNKT Ta­tang Kurniadi yang ikut men­dampingi Daryatmo kema­rin mengaku optimistis FDR bisa se­gera ditemukan. Menurutnya, ber­dasarkan standar inter­nasio­nal, posisi CVR dan FDR selalu berdekatan di buntut pesawat. Jadi, bila CVR bisa ditemukan, Tatang pun yakin FDR juga bisa ditemukan.

Begitu juga kondisinya. CVR yang kini sudah berada di mar­kas KNKT kondisinya relatif baik. “Kalau kondisi CVR baik, kemungkinan besar FDR juga dalam kondisi baik,” tuturnya.
Sebelumnya Tatang mene­gaskan, tidak ada batas waktu untuk mencari FDR. KNKT dan ber­bagai pihak terkait akan terus me­ningkatkan semangat untuk menemukan perangkat tersebut. Pe­nemuan FDR, tergantung ke­gigihan personel yang mela­kukan pencarian dan terkait sumber daya ekonomi yang dikerahkan untuk pencarian tersebut.

Hanya Survival Kit

Soal keberadaan parasut yang ditemukan di lokasi kecela­kaan, Tatang memastikan ba­rang berwarna orange dan di­leng­kapi tali-temali yang dite­mu­kan tim Kopassus tak jauh dari jenazah bule memang para­sut. Tapi, parasut tersebut tidak dipakai pilot Alexander Yablon­t­sev.

Berdasarkan keterangan tim Rusia yang diperoleh Tatang, parasut tersebut merupakan salah satu perlengkapan survival kit SSJ 100 yang diletakkan di bagasi pesawat. “Keberadaan parasut dalam perlengkapan survival kit di pesawat untuk memenuhi standar keselama­tan. Jadi, bukan untuk melari­kan diri,” katanya. (kuh/jpnn)


0 comments:

Post a Comment